Pages

Skill vs Zaman

Membedakan pengertian kedua kata diatas sangatlah mudah, apalagi jaman sekarang dengan kasat mata dan pendengaran, telinga keduanya dapat jelas dirasakan. Sebagian orang mengatakan skill sudah gak jamannya lagi tuh. Dunia hiburan yang dikatakannya industrial dengan persaingan antar lokalpun sangat keras hingga sering kali dituntut mengikuti keinginan pasar yang luas.

Entertaiment itu sendiri harus bersifat dapat dinikmati dan menarik massa. Terkadang menyampingkan skill tetapi lebih mengkedepankan atribut seperti ketampanan, musik pasaran, kekocakan dan lainnya. Layaknya badut yang tidak berbeda dengan lainnya dihiasi dengan berbagai atribut dan hanya berbeda peran. Dikatakan bukan badut jika dapat menciptakan sesuatu yang baru yang menandai gaya mereka tentunya dengan musik yang beridealis.

Untuk media ini memberikan penilaian entertainment tambahan 1 dengan tambahan 3 untuk skill yang memberikan nilai tinggi. Terlebih jika band memiliki keduanya menjadikan mereka tidak bekerja untuk musik saja. Tuntutan media ini menggambarkan keadaan penyuka musik di kota-kota besar Indonesia yang telah jauh memiliki hiburan publik yang bermutu di era globalisasi. Tidak untuk menghambat label-label dengan adanya artis tak bermutu yang berorientasi daerah dan negara luar yang memiliki kapasitas musik tertinggal kemudian mengendalikan promo besar dan ketenaran di dalam negeri.

Biarkan bahasa musik adalah jujur untuk berkarya dan dinikmati oleh publik terlepas dari promo hingga ketenaran dan industri meskipun adanya kebutuhan profit.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar